Detikacehnews.id | Banda Aceh- Aceh kembali menghadapi momen penting dalam sejarah politiknya dengan hadirnya salah satu tokoh paling berpengaruh di provinsi ini, H. Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem, sebagai calon Gubernur Aceh untuk periode 2024-2029. Dengan perjalanan hidup yang sarat pengalaman, dari seorang panglima perang hingga tokoh politik, Mualem membawa kisah perjuangan dan komitmennya dalam memajukan Aceh ke panggung politik daerah.
Lahir di Seuneudon, Aceh Utara, pada 3 April 1964, Mualem tumbuh dalam suasana ketidakadilan dan ketegangan politik yang dialami rakyat Aceh. Semangat perjuangan sudah tertanam dalam dirinya sejak muda. Pada usia 22 tahun, tepatnya pada 1986, ia dikirim bersama beberapa pemuda Aceh lainnya untuk menjalani pendidikan militer di Camp Tajura, Libya, tempat ia mendapatkan pelatihan militer selama tiga tahun (1986-1989). Di sana, Mualem tidak hanya menjadi prajurit tangguh tetapi juga sempat dipercaya sebagai pengawal pribadi pemimpin Libya kala itu, Muammar Qadafi.
Setelah kembali ke Aceh, Mualem bergerilya melawan pasukan pemerintah bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ia bergerak dari satu hutan ke hutan lain, menghindari operasi militer yang intensif. Beberapa kali, pihak keamanan menyebarkan kabar bahwa Mualem telah tewas, namun ia selalu muncul kembali dalam keadaan sehat, mengobarkan semangat perlawanan di kalangan rakyat Aceh.
Mualem mulai memegang kendali sebagai Panglima Wilayah Pase pada 1998. Puncaknya, setelah wafatnya Panglima GAM sebelumnya, Abdullah Syafie, pada Januari 2002, Muzakir Manaf diangkat sebagai Panglima Negara GAM, posisi yang dijabatnya hingga kesepakatan damai tercapai.
Perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinki menandai babak baru dalam kehidupan Mualem. Dengan bubarnya sayap militer GAM, Mualem menjadi Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA), organisasi yang bertanggung jawab atas transisi mantan kombatan GAM ke kehidupan sipil.
Posisinya sebagai Ketua KPA yang terus dipegang hingga hari ini menunjukkan kepercayaan yang luar biasa dari mantan kombatan dan masyarakat Aceh. Pada 2007, Mualem juga diamanahkan sebagai Ketua Umum Partai Aceh, partai yang lahir dari rahim perjuangan GAM untuk melanjutkan perjuangan politik bagi kesejahteraan dan keadilan masyarakat Aceh.
Di tengah situasi damai, gelar 'Mualem' yang dalam bahasa Aceh mengacu pada seseorang yang memiliki keahlian militer tinggi dan kemampuan memimpin, tetap melekat sebagai simbol penghormatan bagi Muzakir Manaf. Kini, gelar tersebut lebih mencerminkan perannya sebagai pemimpin yang dihormati di kalangan mantan kombatan maupun masyarakat umum Aceh.
Setelah terlibat dalam banyak dinamika politik Aceh, Mualem kini mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh untuk periode 2024-2029, berpasangan dengan Fadhlullah, SE, Ketua DPD Partai Gerindra Aceh. Partai Aceh, yang meraih 20 kursi atau sekitar 24,7% dari total kursi di DPR Aceh, mendukung penuh pencalonan Mualem, menjadikannya sebagai kandidat terkuat dalam Pilkada Aceh 2024.
Dalam berbagai kesempatan, Mualem selalu menekankan bahwa perjuangannya belum berakhir. Setelah perjuangan bersenjata selesai, kini ia melanjutkan misi melalui jalur politik. Ia berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan pemerataan pembangunan bagi seluruh masyarakat Aceh tanpa membedakan suku dan latar belakang.
"Partai Aceh tidak membeda-bedakan suku bangsa. Marilah bersama kami, kita lanjutkan perjuangan ini untuk Aceh yang lebih baik," ujar Mualem dalam salah satu pidatonya. Mualem juga kerap mengajak masyarakat Aceh untuk bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan visi pembangunan Aceh yang lebih maju, makmur, dan sejahtera.
Mualem menempuh pendidikan dasar di SDN Seuneudon, Aceh Utara, sebelum melanjutkan ke SMP Negeri Idi, Aceh Timur, dan SMA Negeri Panton Labu, Aceh Utara. Karirnya di bidang militer dimulai dengan mengikuti pelatihan di Libya, di mana ia membangun jaringan dengan tokoh-tokoh perlawanan internasional.
Dalam dunia organisasi, jejak langkah Mualem tidak terpisahkan dari sejarah GAM. Sejak menjadi anggota pasukan GAM pada 1986, Mualem perlahan-lahan mendaki jenjang kepemimpinan, hingga akhirnya dipercaya menjadi Panglima Negara GAM. Sejak 2005, ia memimpin KPA dan terus berperan sebagai Ketua Umum Partai Aceh, partai yang ia bangun untuk meneruskan aspirasi rakyat Aceh di era damai.
Kehadiran H. Muzakir Manaf sebagai calon gubernur membawa harapan bagi sebagian besar masyarakat Aceh yang menginginkan pemimpin yang paham betul tentang sejarah perjuangan dan aspirasi daerah ini. Dengan latar belakangnya yang kaya akan pengalaman militer, politik, dan sosial, Mualem dipandang sebagai sosok yang mampu membawa Aceh ke arah yang lebih baik.
Sebagai tokoh yang selalu terlibat dalam setiap fase penting dalam perjalanan Aceh, mulai dari konflik hingga perdamaian, Muzakir Manaf mengerti betul kompleksitas dan tantangan yang dihadapi Aceh. Jika terpilih, ia akan memimpin Aceh dengan visi memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, keadilan sosial, dan pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pilihan masyarakat Aceh pada Pilkada 2024 akan menjadi penentu apakah Mualem, mantan panglima yang kini menjadi tokoh politik disegani, akan memimpin Aceh menuju babak baru yang lebih cerah.