Detikacehnews.id | Bireuen - Rusyidi Mukhtar, S.Sos., yang lebih dikenal dengan nama alias "Ceulangiek," adalah sosok yang tak asing bagi masyarakat Bireuen. Lahir pada tahun 1978 di Gampong Pulo Pisang, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Rusyidi merupakan putra dari pasangan Tgk. Mukhtar Hanafiah dan Cut Tiramlan H. Budiman. Ayahnya, Tgk. Mukhtar, adalah seorang keuchik yang menjabat selama 18 tahun (1970–1988), dan Rusyidi percaya bahwa darah kepemimpinan sang ayah mengalir dalam dirinya.
Sebagai anak dari keluarga petani, perjalanan hidup Rusyidi tidaklah mudah. Namun, sejak muda, ia sudah terlibat dalam pergerakan yang membentuk karakternya sebagai pemimpin. Pada tahun 1999, saat Aceh masih dilanda konflik, Rusyidi memilih jalur perjuangan dengan bergabung dalam barisan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Selama enam tahun, ia berjuang bersama rekan-rekannya hingga perjanjian damai antara RI dan GAM pada tahun 2005 tercapai.
Setelah masa konflik berakhir, Rusyidi tidak lantas berdiam diri. Ia menyadari pentingnya pendidikan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Pada tahun 2010, Rusyidi memulai kuliahnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan dan berhasil meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada tahun 2014.
Sebelum berkiprah di dunia politik, Rusyidi pernah menjadi Satgas PA Wilayah Batee Iliek. Dengan seragam loreng atau bajee keurapee minyeuk yang menjadi ciri khasnya, Rusyidi bersama rekan-rekan lainnya bertugas mengamankan berbagai kegiatan internal Partai Aceh (PA), termasuk saat kampanye pasangan H. Ruslan M. Daud dan Mukhtar Abda dalam Pilkada Bireuen 2012.
Karir politik Rusyidi mulai melejit saat Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Pimpinan Partai Aceh (PA) Bireuen meminta Rusyidi untuk ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPRK Bireuen. Meski awalnya hanya dianggap sebagai pengisi kuota tambahan, Rusyidi menunjukkan kegigihan luar biasa dalam mengumpulkan dukungan. Hasilnya, ia meraih suara terbanyak di antara caleg PA untuk DPRK Bireuen dengan total 3.221 suara, sekaligus membuktikan bahwa ia bukan sekadar pengisi kuota, tetapi benar-benar mendapat tempat di hati masyarakat.
Selama periode pertamanya di DPRK Bireuen (2014-2019), Rusyidi aktif memperjuangkan berbagai isu dan kepentingan masyarakat. Pengalamannya di parlemen membuatnya semakin matang, hingga pada 2017, ia diangkat menjadi Ketua Fraksi Partai Aceh, menggantikan Abdul Gani Isa alias Toke Medan. Kepemimpinannya di fraksi menambah kepercayaan publik dan partainya terhadap kemampuannya.
Pada Pemilu Legislatif 2019, Rusyidi kembali mencalonkan diri dan terpilih sebagai anggota DPRK Bireuen untuk periode 2019-2024. Namun, kali ini, peran yang diembannya jauh lebih besar. Pada tanggal 22 Oktober 2019, Rusyidi diambil sumpah sebagai Ketua DPRK Bireuen definitif, sebuah posisi yang sudah lama diprediksi banyak pihak. Popularitas dan penerimaan Rusyidi yang luas, baik di internal Partai Aceh maupun di masyarakat Bireuen, membuatnya dipercaya untuk memimpin lembaga legislatif tertinggi di kabupaten tersebut.
Sebagai Ketua DPRK, Rusyidi menunjukkan kepemimpinan yang inklusif dan pro-rakyat. Ia selalu berupaya memastikan aspirasi masyarakat tersampaikan dengan baik dan mendukung kebijakan-kebijakan yang membawa perubahan positif bagi Bireuen. Keberhasilan ini semakin memantapkan karir politiknya di tingkat lokal.
Di tengah perjalanan politiknya, banyak yang penasaran dengan asal-usul nama alias "Ceulangiek" yang melekat pada diri Rusyidi. Ketika ditanya mengenai hal ini, Rusyidi hanya tersenyum. Ia menjelaskan bahwa "Ceulangiek" adalah nama sandi yang diberikan oleh komandannya saat masih menjadi anggota GAM. Nama itu diberikan secara spontan tanpa alasan khusus, sebuah ciri khas di masa konflik, ketika setiap anggota GAM diberi nama sandi oleh para komandan mereka.
Kini, perjalanan politik Rusyidi Mukhtar mencapai babak baru. Setelah sukses di DPRK Bireuen, Rusyidi berhasil memenangkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk periode 2024-2029. Kemenangan ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu politisi terkemuka di Partai Aceh dan salah satu figur paling berpengaruh di Bireuen. Tidak hanya itu, Rusyidi juga aktif sebagai Ketua Pembina Yayasan Almuslim Peusangan, sebuah peran yang mencerminkan komitmennya terhadap dunia pendidikan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai anggota DPRA, Rusyidi berjanji akan terus memperjuangkan hak-hak masyarakat Aceh, khususnya Bireuen, di tingkat provinsi. Ia berharap dengan pengalaman yang dimilikinya, ia bisa memberikan kontribusi lebih besar dalam membangun Aceh yang lebih maju dan sejahtera.
Perjalanan hidup Rusyidi Mukhtar, dari seorang anak petani yang tumbuh di tengah konflik, hingga menjadi salah satu tokoh politik terkemuka di Aceh, merupakan kisah inspiratif tentang tekad, kerja keras, dan dedikasi. Dengan segala capaian dan pengalaman yang dimilikinya, masa depan politiknya tampak cerah, dan masyarakat Aceh menantikan kontribusi lebih besar dari pria yang dikenal sebagai "Ceulangiek" ini.