![]() |
Raja Julisman (kiri) foto bersama Bupati Bireuen (kanan) usai pelantikan Komisioner Baitul Mal Kabupaten Bireuen periode 2025–2030 pada Rabu, 18 Juni 2025 |
Detikacehnews.id | Bireuen - Dunia sosial keagamaan di Kabupaten Bireuen memasuki babak baru yang penuh harapan. Sosok muda progresif dan penuh dedikasi, Raja Julisman, A.Md., resmi dilantik sebagai salah satu Komisioner Baitul Mal Kabupaten Bireuen periode 2025–2030. Pelantikan yang berlangsung Rabu, 18 Juni 2025 di Ruang Ops Room Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Bireuen itu dipimpin langsung oleh Bupati H. Mukhlis, S.T., dan disaksikan oleh unsur Forkopimda, para ulama kharismatik, tokoh adat, serta para pimpinan ormas Islam se-Kabupaten Bireuen.
Pelantikan ini menjadi istimewa bukan hanya karena peran strategis Baitul Mal dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah masyarakat, tetapi juga karena kehadiran Raja Julisman yang membawa latar belakang panjang di bidang pembangunan masyarakat, pemerintahan responsif, serta pengalaman nasional dan internasional yang jarang dimiliki oleh tokoh lokal seusianya.
Lahir di Desa Pante Gajah, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen pada 11 Juli 1980, Raja Julisman adalah putra daerah yang tumbuh dari lingkungan sosial yang sarat nilai keislaman dan gotong royong. Latar belakang sebagai anak kampung tidak membatasi langkahnya. Justru dari desa kecil itulah ia mulai menapaki jalan panjang pengabdian yang membawanya hingga ke tingkat nasional.
Raja Julisman mengawali kiprahnya di dunia pembangunan masyarakat pada masa pemulihan pasca tsunami 2004. Saat itu, ia bergabung sebagai fasilitator desa dalam proyek LOGICA 1, sebuah program kerja sama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia melalui AusAID. Fokus utama program tersebut adalah pemulihan status kepemilikan tanah, penguatan pemerintahan desa dan kecamatan, serta pemberdayaan masyarakat dalam membangun kembali kehidupan mereka.
Dalam periode ini, Raja dikenal sebagai fasilitator yang piawai mendampingi masyarakat dari bawah. Ia tak hanya menyosialisasikan program, tetapi benar-benar hidup bersama warga, membantu mereka menemukan kembali hak-haknya, termasuk atas tanah dan akses pelayanan dasar.
Kariernya terus menanjak. Ia dipercaya sebagai Koordinator Klaster Program Kredit Mikro di Forum Bangun Aceh (FBA), mendampingi kelompok usaha kecil di akar rumput. Kemudian ia kembali ke lingkup LOGICA sebagai Koordinator Klaster LOGICA 2, di mana ia menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan pelayanan publik yang lebih baik di tingkat kecamatan melalui program PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan).
Tak hanya aktif di Aceh, Raja Julisman turut dilibatkan sebagai fasilitator pelatihan tingkat nasional, menjadi trainer PATEN untuk para widyaiswara Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta, dan melatih aparatur dari berbagai provinsi seperti Batam, Makassar, Balikpapan, Manado, Mataram, hingga Yogyakarta.
Ia juga menjadi konsultan individu untuk Kementerian Dalam Negeri, menyusun buku manual PATEN untuk Kabupaten Bireuen, memfasilitasi penyusunan Peraturan Bupati tentang pelimpahan kewenangan kepada camat, serta merancang sistem informasi pelayanan publik di kecamatan. Ia dikenal sebagai tokoh teknokratik yang bisa memadukan visi pembangunan dengan praktik lapangan yang nyata.
Pada tahun 2017, Raja Julisman dipercaya sebagai Koordinator Pemerintahan Responsif untuk Aceh dalam Program KOMPAK sebuah fasilitas kolaboratif antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk memperbaiki kualitas layanan dasar dan memperluas kesempatan ekonomi bagi masyarakat miskin. Dalam posisi ini, ia mengelola bantuan teknis di bidang desentralisasi, pengelolaan keuangan publik, dan reformasi birokrasi.
Pengalaman ini dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi ketika ia bergabung dalam Knowledge Sector Initiative (KSI) di Jakarta, proyek yang mendukung pengembangan kebijakan berbasis pengetahuan. Di sana, Raja Julisman berinteraksi langsung dengan pejabat Bappenas, kementerian/lembaga, dan mitra kerja sama internasional dalam pengelolaan hibah luar negeri (PHLN). Ia turut serta dalam penyusunan proyek lintas sektor di bidang industri, pariwisata, dan ekonomi kreatif, serta dalam pelaporan administratif proyek-proyek strategis.
Meski berkiprah di tingkat nasional, Raja Julisman tak pernah melupakan tanah kelahirannya. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial-keagamaan di desa, membina kelompok masyarakat, serta menjadi rujukan bagi banyak pemuda Aceh yang ingin meniti jalan profesional dengan tetap menjaga nilai-nilai lokal dan keislaman.
Pelantikannya sebagai Komisioner Baitul Mal Kabupaten Bireuen menjadi semacam homecoming, seorang profesional nasional yang pulang untuk mengabdi. Di Baitul Mal, Raja membawa visi untuk mewujudkan lembaga zakat yang modern, amanah, dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat miskin dan rentan.
Bupati Bireuen, H. Mukhlis, S.T., menyampaikan harapan besar kepada jajaran komisioner Baitul Mal yang baru dilantik. “Kami ingin Baitul Mal menjadi pusat peradaban ekonomi umat, bukan sekadar tempat menyalurkan zakat dan infak. Diperlukan tokoh-tokoh seperti Pak Raja Julisman yang memiliki wawasan nasional, pengalaman teknis, dan semangat pengabdian,” ujar Bupati.
Para tokoh agama yang hadir pun menyambut hangat kehadiran Raja Julisman. Menurut mereka, sosok seperti Raja sangat dibutuhkan dalam mengangkat marwah Baitul Mal sebagai lembaga keuangan sosial Islam yang kredibel, profesional, dan tetap berpijak pada nilai-nilai syariah.
Dikonfirmasi awak media, Raja Julisman menyampaikan bahwa tugas ini adalah amanah berat yang akan ia jalani dengan sepenuh hati. “Zakat bukan sekadar kewajiban agama, tapi instrumen keadilan sosial. Kita akan membangun sistem pengelolaan zakat yang tidak hanya transparan, tapi juga berdampak nyata. Baitul Mal harus hadir di tengah masyarakat sebagai solusi, bukan sekadar lembaga,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa ke depan, Baitul Mal harus aktif menggandeng anak muda, pesantren, dan komunitas-komunitas lokal untuk menciptakan gerakan ekonomi berbasis kemandirian. “Zakat bisa jadi energi perubahan sosial jika dikelola dengan baik,” tutupnya.
Raja Julisman telah kembali ke tanah kelahirannya, bukan sebagai penonton, tapi sebagai pelaku sejarah. Dengan rekam jejak panjang dan semangat pengabdian yang tulus, ia siap mengabdi untuk Bireuen, membangun jembatan antara profesionalisme dan nilai-nilai Islam, demi terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan berdaya melalui pengelolaan zakat yang progresif dan inklusif.