Pesona kuliner tradisional Aceh, Kue Bhoi
Detikacehnews.id | Kuliner - Aceh, wilayah di ujung barat Indonesia yang terkenal dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, juga menyimpan berbagai warisan kuliner yang menggugah selera. Salah satu kuliner tradisional yang tak boleh dilewatkan adalah kue Bhoi. Meski namanya terdengar sederhana, kue ini menyimpan keunikan tersendiri yang menjadikannya istimewa bagi masyarakat Aceh. Tak hanya soal rasa, bentuk-bentuknya yang beragam telah menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya.
Kue Bhoi merupakan salah satu penganan khas Aceh yang telah ada sejak zaman dahulu. Dalam tradisi masyarakat Aceh, kue ini sering disajikan pada berbagai acara penting seperti pernikahan, kenduri, dan perayaan keagamaan. Bentuknya yang cantik dan unik menjadikan kue ini sering digunakan sebagai simbol kebersamaan dan keberkahan. Tak heran, kue Bhoi selalu hadir dalam tradisi adat Aceh sebagai suguhan yang penuh makna.
Kata "Bhoi" sendiri diambil dari istilah lokal yang berarti "hewan", karena pada awalnya, kue ini memang hanya dibuat dalam bentuk binatang seperti ikan, burung, atau kura-kura. Namun, seiring berjalannya waktu, variasi bentuk kue Bhoi semakin berkembang. Kini, kue ini bisa ditemukan dalam berbagai bentuk lainnya, seperti bunga, bintang, hingga hati, menambah keindahan visual dari penganan ini.
Salah satu keistimewaan kue Bhoi terletak pada proses pembuatannya yang masih mempertahankan cara-cara tradisional. Adonan kue ini terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu, gula, telur, dan sedikit vanili. Meskipun sederhana, rahasia kelezatan kue Bhoi terletak pada teknik pengocokan adonan yang memerlukan keahlian tersendiri. Adonan harus dikocok hingga mencapai tekstur yang tepat, agar kue Bhoi dapat mengembang sempurna dan memiliki tekstur yang lembut namun renyah di luar.
Setelah adonan selesai, langkah berikutnya adalah mencetak adonan ke dalam cetakan khas yang memiliki beragam bentuk. Cetakan-cetakan ini menjadi ciri khas dari kue Bhoi, di mana setiap bentuk memiliki maknanya sendiri. Misalnya, bentuk ikan sering kali melambangkan kelimpahan rezeki, sementara bentuk burung bisa menjadi simbol kebebasan. Adonan yang telah dicetak kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu yang teratur hingga berwarna kecoklatan dan mengeluarkan aroma harum yang menggoda.
Kue Bhoi tak hanya memikat lidah, tetapi juga mata. Bentuk-bentuknya yang beragam dan estetis menjadikan kue ini sebagai sajian yang menarik untuk dilihat. Ada bentuk ikan yang paling populer, sebagai simbol kesuburan dan rezeki. Selain itu, kue Bhoi berbentuk bunga juga cukup sering dijumpai, melambangkan keindahan dan harapan yang mekar dalam kehidupan.
Tak hanya itu, beberapa pembuat kue Bhoi yang kreatif bahkan menciptakan bentuk-bentuk modern seperti hati, bintang, dan bulan sabit, yang sering digunakan dalam acara-acara khusus seperti Hari Raya Idul Fitri. Bentuk hati misalnya, sering kali disajikan dalam acara pernikahan sebagai simbol cinta dan kesetiaan. Sedangkan bentuk bintang dan bulan sabit sering digunakan dalam perayaan keagamaan sebagai simbol cahaya dan petunjuk dalam kehidupan.
Bagi masyarakat Aceh, kue Bhoi bukan sekadar makanan. Setiap bentuk dan proses pembuatannya mengandung nilai-nilai kehidupan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kehadiran kue Bhoi dalam sebuah acara adat atau keluarga melambangkan kebersamaan, kehangatan, serta rasa syukur atas karunia yang telah diberikan. Tidak heran, kue ini selalu menjadi simbol keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat di Aceh.
Bentuk-bentuk yang digunakan juga mencerminkan harapan dan doa. Misalnya, kue Bhoi berbentuk ikan tidak hanya sekadar untuk estetika, melainkan juga menjadi doa agar keluarga yang menyajikannya mendapatkan rezeki yang melimpah, seperti ikan yang berlimpah di lautan. Bentuk burung, di sisi lain, melambangkan kebebasan jiwa dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Meski zaman telah berubah dan banyak kuliner modern yang muncul, kue Bhoi tetap bertahan sebagai salah satu makanan tradisional yang disukai oleh berbagai kalangan. Di beberapa daerah di Aceh, masih banyak dijumpai toko-toko tradisional yang menjual kue Bhoi, baik untuk konsumsi harian maupun untuk kebutuhan acara-acara besar. Bahkan, beberapa produsen kue Bhoi kini telah mengembangkan varian rasa yang lebih modern, seperti rasa cokelat, keju, hingga pandan, untuk menarik minat generasi muda.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa modernisasi juga memberikan tantangan tersendiri bagi keberlangsungan kuliner tradisional ini. Banyaknya penganan instan dan cepat saji membuat generasi muda cenderung melupakan kekayaan kuliner tradisional yang membutuhkan proses pembuatan lebih lama dan rumit. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk terus melestarikan kue Bhoi, baik melalui pendidikan kuliner lokal di sekolah-sekolah, maupun melalui promosi aktif di media sosial.
Kue Bhoi adalah salah satu bukti nyata bahwa kuliner tradisional Aceh memiliki keunikan yang tak lekang oleh waktu. Dengan berbagai bentuk dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya, kue ini menjadi bagian penting dari identitas budaya Aceh. Di tengah arus modernisasi, mempertahankan keberadaan kue Bhoi menjadi tugas bersama agar generasi mendatang tetap dapat menikmati kekayaan kuliner yang sarat makna ini. Semoga kue Bhoi dapat terus hadir di meja-meja masyarakat Aceh dan menjadi ikon kuliner tradisional yang membanggakan.