Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Yuk Kenal Lebih Dekat dengan Novysa Basri, Dosen Seni Universitas Almuslim yang Menginspirasi

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:26 WIB Last Updated 2025-01-23T13:26:07Z

Novysa Basri, M.Pd., dosen pendidikan seni di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), FKIP Universitas Almuslim



Detikacehnews.id | Bireuen - Di balik kesuksesan kegiatan seni dan budaya di Universitas Almuslim, ada sosok dosen penuh dedikasi yang tak kenal lelah mendorong kreativitas mahasiswanya. Novysa Basri, M.Pd., seorang dosen pendidikan seni di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), FKIP Universitas Almuslim, telah menjadi motor penggerak berbagai acara kebudayaan yang tidak hanya menampilkan keindahan seni, tetapi juga memperkuat nilai-nilai moral dan tradisi budaya Indonesia.


Lahir dengan bakat seni yang luar biasa, Novysa memulai perjalanannya dengan menempuh pendidikan di bidang Sendratasik di Universitas Syiah Kuala. Ia meraih gelar sarjana pada tahun 2013 dengan fokus pada seni tari. Semangatnya untuk terus belajar dan memperdalam pengetahuan membawa Novysa melanjutkan studi S2 di Universitas Negeri Semarang (UNNES), salah satu institusi terbaik di Indonesia dalam bidang pendidikan seni. Di sana, ia memperoleh gelar Magister Pendidikan Seni pada tahun 2017.


Setelah menyelesaikan pendidikannya, Novysa tidak berhenti di situ. Ia terus mengasah kemampuan seni tari dan berbagi ilmu dengan generasi muda. Sebagai pelatih tari di Politeknik Ilmu Pelayaran Malahayati Aceh dari 2016 hingga 2023, ia mendidik taruna dan taruni tidak hanya dalam seni tari, tetapi juga dalam kedisiplinan.


Pengalamannya melatih tarian folklor membawa Novysa hingga ke panggung internasional, seperti International Dance di Dubai dan Penang Expo di Malaysia, serta di kancah nasional, di mana ia berhasil meraih Juara 2 Nasional Kolaborasi Tari LASQI di Kalimantan Timur.


Sejak bergabung sebagai dosen di Universitas Almuslim pada tahun 2019, Novysa terus membuktikan dedikasinya di bidang pendidikan seni. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Mahasiswa PGSD FKIP. Acara ini telah menjadi agenda tahunan yang selalu dinantikan. Tahun 2025 ini, kegiatan tersebut mengusung tema “Cerita Rakyat di Era Globalisasi Gen Z” dan berlangsung meriah selama dua hari di Aula Creative Center MA Jangka.


Sebanyak 28 kelompok mahasiswa PGSD semester tiga menampilkan tarian yang mengangkat kisah legendaris dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari kisah Putri Pukes dari Gayo, Batu Menangis, hingga Aneuk Durhaka, semua ditampilkan dengan apik, menggabungkan tradisi dan elemen modern.


Menurut Novysa, kegiatan ini dirancang sebagai ruang ekspresi bagi mahasiswa untuk menciptakan dan menampilkan karya seni terbaik mereka. “Kami ingin mahasiswa memahami kekayaan budaya Indonesia sekaligus mengemasnya agar relevan dengan generasi masa kini. Ini juga menjadi bagian dari penilaian akademik mereka,” ujar Novysa. Ia percaya bahwa seni bukan hanya soal keindahan, tetapi juga medium untuk menyampaikan pesan moral.


Sebagai seorang seniman dan pendidik, Novysa memiliki visi besar untuk membawa seni tradisional Indonesia ke panggung dunia, tetapi dengan sentuhan yang tetap relevan di era globalisasi. Baginya, seni tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga jembatan untuk memahami identitas dan nilai-nilai kehidupan. "Menjadi dosen itu bukanlah menjadi dewa melainkan mampu memanusiakan manusia dengan ilmu seni itu sangatlah penting," ujarnya dengan penuh keyakinan. Filosofi ini mencerminkan bagaimana ia memandang pendidikan sebagai cara untuk membentuk karakter dan menggali potensi terbaik dari setiap individu.


Melalui dedikasi dan kecintaannya terhadap seni, Novysa Basri tidak hanya mengajarkan tarian, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya. Filosofinya bahwa pendidikan seni adalah cara untuk memanusiakan manusia, menjadi napas dari setiap langkah yang ia ambil dalam mendidik generasi muda. Ia percaya, seni bukan sekadar hiburan, tetapi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, tradisi dengan inovasi, dan hati dengan hati.


Novysa Basri telah menunjukkan bahwa seni dapat menjadi alat untuk melestarikan budaya, membangun karakter, dan menciptakan perubahan. Melalui setiap gerakan tari yang ia ajarkan, ia menanamkan warisan budaya yang kaya kepada generasi mendatang, sekaligus mengingatkan kita semua akan pentingnya merawat identitas bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.


Bagi Novysa, menjadi pendidik bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa untuk menginspirasi dan membawa perubahan. Ia adalah bukti nyata bahwa dengan ilmu, seni, dan dedikasi, seorang individu dapat menciptakan dampak besar yang melampaui ruang kelas.