![]() |
| Dokumentasi foto kegiatan pemberian pelayanan kesehatan di posko kesehatan yang ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Peusangan Raya. |
Detikacehnews.id | Bireuen – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bireuen bersama Fakultas Kedokteran Universitas Almuslim, Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI) Cabang Aceh, Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen, RS Peusangan Raya, Puskesmas Peusangan, dan Klinik Kodim Bireuen menggelar pelayanan kesehatan massal bagi masyarakat yang terdampak banjir besar di Kabupaten Bireuen.
Posko kesehatan ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Peusangan Raya dan mulai beroperasi sejak akhir pekan sebagai respons cepat terhadap kondisi darurat kesehatan yang dialami para pengungsi.
Ketua IDI Cabang Bireuen yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Almuslim, Dr. Zumirda, Sp.B, FISA, FINACS, mengatakan bahwa pendirian posko kesehatan ini merupakan bentuk komitmen tenaga medis di Bireuen untuk hadir di garis depan membantu masyarakat. “Posko ini kita buka untuk memastikan masyarakat yang terdampak banjir mendapat pertolongan medis segera, terutama bagi kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia,” ujar Dr. Zumirda.
Kabupaten Bireuen diguncang banjir bandang besar sejak akhir November 2025. Hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa hari membuat sejumlah sungai meluap dan merendam pemukiman warga. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, fasilitas umum, serta jaringan listrik ikut terdampak. Sejumlah desa terisolasi, sementara layanan publik sempat lumpuh akibat tingginya genangan. Bencana ini disebut-sebut sebagai salah satu yang paling parah sejak peristiwa tsunami Aceh tahun 2004.
Hingga Minggu (30/11/2025) sore, sekitar 63.970 jiwa atau 16.132 kepala keluarga tercatat mengungsi dari sedikitnya 12 kecamatan. Para pengungsi tersebar di meunasah, sekolah, balai desa, hingga tenda darurat yang didirikan BPBD, TNI, dan relawan.
Lonjakan jumlah pengungsi membuat kebutuhan pokok semakin mendesak. Banyak balita dan lansia mulai mengalami gangguan kesehatan seperti demam, infeksi kulit, diare, gangguan pernapasan, dan kelelahan akibat kondisi tempat pengungsian yang serba terbatas.
Selain layanan kesehatan, masyarakat juga sangat membutuhkan obat-obatan untuk penanganan penyakit menular dan nonmenular, air bersih dan sanitasi darurat, sembako dan makanan siap saji, pakaian layak pakai dan selimut, perlengkapan bayi serta kebutuhan khusus perempuan.
Melihat situasi tersebut, hadirnya posko medis terpadu dari lintas lembaga kesehatan di Bireuen menjadi sangat penting dalam mencegah meningkatnya kasus penyakit dan risiko kematian.
Pelayanan pengobatan massal yang dilakukan meliputi pemeriksaan umum, penanganan kegawatdaruratan, konsultasi spesialis, pemberian obat-obatan, serta rujukan medis bagi pasien yang membutuhkan perawatan lanjutan.
Tim medis dari berbagai institusi bekerja secara bergiliran untuk memastikan posko beroperasi setiap hari.
Sinergi antara IDI, Fakultas Kedokteran Universitas Almuslim, PABI Aceh, Dinas Kesehatan, RS Peusangan Raya, puskesmas, dan klinik TNI ini menunjukkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan di Bireuen dalam menghadapi bencana besar.
Dr. Zumirda menegaskan bahwa seluruh tenaga medis yang terlibat akan terus memberikan pelayanan hingga situasi kembali stabil. “Kita akan terus berada di lapangan selama masyarakat membutuhkan. Ini bagian dari tanggung jawab moral dan profesi kami,” ujarnya.
Dengan kondisi banjir yang masih meluas di sejumlah titik, kehadiran posko kesehatan ini diharapkan dapat menjadi pusat penanganan medis darurat serta memperkuat ketahanan masyarakat Bireuen dalam menghadapi bencana.
