Detikacehnews.id | Bireuen - Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Alam Bireuen, tiga dosen terbaik Universitas Almuslim, yakni Novianti, S.Pd., M.Si, T. Rafli, A.M.Sn., dan Nia Astuti, S.Pd., M.Pd., menggelar sebuah program pengabdian masyarakat yang inovatif. Program ini berfokus pada penguatan kemampuan guru dalam menyusun modul ajar berdifferensiasi dan mengembangkan media pembelajaran berupa komik matematika digital berbasis kearifan lokal bahasa Aceh. Kegiatan ini merupakan wujud dari implementasi dalam hibah Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Tahun Anggaran 2024 yang telah dimenangkan oleh Novianti bersama dengan dua tim lainnya.
Program ini berlangsung dari Agustus hingga September 2024 dan difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya di mata pelajaran matematika, yang sering kali dianggap sulit dipahami oleh siswa. Para dosen ini memberikan pendampingan intensif kepada guru-guru Sekolah Alam Bireuen untuk menciptakan modul ajar dan media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta berbasis budaya lokal yang kaya.
Hal itu dikatakan oleh Ketua Tim Pengabdian program tersebut, Novianti, S.Pd., M.Si., saat diwawancarai awak media detikacehnews.id di ruang kerjanya, Sabtu, 21 September 2024.
"Alhamdulillah seluruh rangkaian kegiatan pengabdian ini yang digelar selama hampir dua bulan berjalan sukses," ujar Novianti.
Dalam laporannya, Novianti, S.Pd., M.Si., menyampaikan bahwa kegiatan ini dimulai dengan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh para guru di Sekolah Alam Bireuen dalam proses pembelajaran. Salah satu tantangan adalah bagaimana mengembangkan modul ajar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keunikan masing-masing siswa, mengingat keberagaman gaya belajar mereka."Kami melihat bahwa ada peluang untuk mengoptimalkan pembelajaran matematika dengan menyesuaikan modul ajar yang lebih sesuai dengan kurikulum alam dan karakteristik siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menyenangkan," ungkap Novianti.
Pendekatan ini juga diperkuat dengan inovasi pembuatan media komik untuk membuat mata pelajaran matematika lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa, tanpa mengesampingkan keunggulan kurikulum alam yang sudah diterapkan di sekolah tersebut.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa ketersediaan media pembelajaran yang berbasis teknologi juga masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tim pengabdian memutuskan untuk membantu para guru mengembangkan komik matematika digital berbasis kearifan lokal bahasa Aceh sebagai media inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan minat siswa terhadap matematika. "Penggunaan komik ini akan memberikan sentuhan budaya lokal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga diharapkan dapat lebih mudah dipahami," tambahnya.
Disamping itu, T. Rafli, A.M.Sn., dosen yang berperan sebagai fasilitator dalam pengembangan desain komik, menjelaskan bahwa pelatihan ini juga melibatkan pengenalan beberapa platform teknologi yang dapat membantu guru menciptakan komik digital dengan visual yang menarik. "Kami melatih para guru menggunakan platform seperti comicai.ai, leonardo.ai, dan webtoons.com untuk mendesain dan mempublikasikan komik secara online. Ini merupakan langkah penting agar guru tidak hanya mampu membuat materi pembelajaran yang interaktif, tetapi juga dapat membagikan karya mereka ke audiens yang lebih luas," terang Rafli.
Sementara itu, Nia Astuti, S.Pd., M.Pd., yang bertanggung jawab atas modul ajar berdifferensiasi, mengungkapkan bahwa salah satu aspek penting dalam kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman guru terkait pembelajaran berdifferensiasi. "Kami memberikan pelatihan tentang bagaimana menyusun modul ajar yang menyesuaikan dengan kebutuhan siswa yang beragam, baik dari segi kemampuan maupun minat belajar mereka. Dengan pendekatan ini, siswa yang memiliki kesulitan dalam matematika tetap bisa mendapatkan bimbingan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka," ujar Nia.
Program ini berhasil mencapai beberapa pencapaian penting, di antaranya adalah peningkatan kemampuan guru dalam menyusun modul ajar berdifferensiasi dan keberhasilan mereka dalam menciptakan komik matematika digital berbasis kearifan lokal. Para dosen melaporkan bahwa para guru di Sekolah Alam Bireuen kini sudah mampu mengembangkan modul ajar yang lebih adaptif terhadap karakteristik siswa. Modul ajar yang dihasilkan menggabungkan prinsip-prinsip kurikulum merdeka yang sedang diterapkan dengan kearifan lokal Aceh.
Salah satu guru peserta program mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pengajaran di kelas. "Saya merasa terbantu dengan adanya modul ajar berdifferensiasi ini, karena sekarang saya bisa memberikan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, komik matematika yang kami kembangkan bersama dosen juga sangat menarik dan membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit," ujarnya.
Di samping itu, laporan dari tim dosen juga menyebutkan bahwa pelatihan teknologi yang diberikan kepada para guru sangat efektif dalam memperkenalkan mereka pada media pembelajaran digital. "Melalui pelatihan ini, guru-guru menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan media pembelajaran yang lebih modern dan interaktif. Ini sangat penting di era digital seperti sekarang," kata Novianti.
Menurut laporan yang disampaikan oleh ketiga dosen, meskipun program ini telah berhasil mencapai tujuannya, masih ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kebutuhan akan dukungan berkelanjutan dalam penggunaan teknologi dan pengembangan modul ajar yang terus berkembang sesuai perubahan kurikulum. "Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah awal yang berkelanjutan, di mana para guru dapat terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mendesain modul dan media pembelajaran yang inovatif," tutup Novianti.
Para dosen juga berharap agar hasil dari kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi Sekolah Alam Bireuen, tetapi juga dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lain di Aceh dan daerah-daerah lainnya. "Kami ingin kegiatan ini menjadi model bagi sekolah-sekolah lain dalam mengintegrasikan kearifan lokal dengan teknologi digital dalam proses pembelajaran. Ini adalah langkah penting untuk menjaga relevansi budaya dalam pendidikan modern," tambah Nia Astuti.
Dengan adanya program ini, diharapkan guru-guru di Sekolah Alam Bireuen dan di seluruh Aceh dapat semakin mengembangkan inovasi pembelajaran yang menarik, interaktif, dan berbasis kearifan lokal, sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. "Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dekat dengan budaya siswa, dan teknologi adalah alat yang bisa membuat pembelajaran lebih menyenangkan," ujar Rafli, menutup laporannya dengan optimisme.