Penulis: Mahyani Muhammad // Editor: Elga Safitri.
Detikacehnews.id | Artikel - Alhamdulillah, kita telah dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh berkah, Ramadhan. Bulan ini tidak hanya menjadi waktu untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi kesempatan emas bagi setiap muslim untuk meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ramadhan adalah bulan maghfirah (ampunan), bulan di mana pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup. Setiap amal kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya, memberikan peluang besar bagi kita untuk meraih ridha Allah SWT.
Ibadah puasa dalam bulan Ramadhan bukan sekadar ritual menahan lapar dan haus dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Lebih dari itu, puasa merupakan ibadah yang memiliki dimensi materiil dan formil yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Secara materiil, kita dituntut untuk tidak memasukkan sesuatu ke dalam tubuh kita, baik berupa makanan, minuman, maupun hal-hal lain yang membatalkan puasa. Namun, aspek formilnya juga tidak kalah penting, yaitu menjaga perilaku, hati, dan pikiran agar tetap berada di jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Puasa sejatinya mendidik kita untuk mampu menahan gejolak syahwat yang bersemayam dalam diri. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang mampu menikah, maka menikahlah. Namun, siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa menjadi perisai baginya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa puasa mampu menjadi benteng bagi jiwa dan raga kita, melindungi dari berbagai godaan yang merusak tatanan hidup dan hubungan antar sesama (hablumminannas).
Bulan Ramadhan merupakan momentum terbaik untuk mendidik jiwa dan raga. Esensi utama dari ibadah puasa adalah pendidikan batin dalam upaya menata gejolak nafsu dan mengendalikan pikiran liar agar kembali pada kondisi fitrah. Fitrah manusia adalah suci dan cenderung kepada kebaikan. Dengan menjalani puasa secara benar, kita tidak hanya melatih kesabaran, tetapi juga menciptakan kedamaian dalam berpikir, yang pada akhirnya melahirkan jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah).
Allah SWT berfirman:
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr: 27-28).
Ketika kita mampu menjalankan puasa dengan baik, maka akan tercipta tatanan naluri yang selaras dengan tuntunan agama, memunculkan sikap sabar, rendah hati, dan ketaqwaan yang mempesona.
Rasulullah SAW telah mengingatkan kita melalui sabdanya:
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Abu Hurairah ra).
Hadits ini memberikan peringatan agar kita tidak hanya fokus pada aspek fisik puasa, tetapi juga menjaga kualitasnya. Salah satu cara untuk menjaga pahala puasa adalah dengan menghindari segala bentuk perbuatan yang dapat menghilangkan pahala tersebut. Termasuk di dalamnya adalah menjaga lisan dari berkata-kata yang tidak baik, seperti berbohong, mengumpat, mengadu domba, dan mencela.
Di era modern seperti sekarang, penggunaan media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dalam konteks Ramadhan, media sosial harus digunakan secara bijak. Jangan sampai jari-jemari kita menulis atau membagikan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan menimbulkan dosa. Kita harus senantiasa menjaga sikap dan perilaku, baik dalam dunia nyata maupun dunia maya.
Salah satu misi utama puasa adalah menciptakan keharmonisan dalam hubungan antar manusia (hablumminannas). Ketika kita mampu menahan diri dari berbagai gejolak nafsu, kita juga akan lebih mampu menciptakan kedamaian dalam bermasyarakat. Ketenangan jiwa dan pikiran akan mempengaruhi sikap kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Puasa seharusnya melahirkan pribadi yang tidak mudah marah, lebih bijaksana, dan mampu menahan diri dari segala bentuk provokasi.
Allah SWT berfirman:
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al-Furqan: 63).
Ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga sikap, termasuk dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama.
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan peluang emas untuk meningkatkan kualitas diri. Ibadah puasa yang kita jalankan tidak hanya memberikan manfaat fisik tetapi juga memberikan pengaruh positif bagi kesehatan jiwa. Ketika kita mampu menjaga puasa dari segala hal yang membatalkan pahala, maka kita akan keluar dari bulan Ramadhan dengan jiwa yang lebih bersih dan raga yang lebih sehat.
Mari kita jaga setiap langkah, setiap kata, dan setiap tindakan agar selalu berada dalam koridor yang diridhai oleh Allah SWT. Semoga puasa kita kali ini berada dalam kualitas terbaik dan terindah dalam pandangan-Nya.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.