![]() |
| Dokumentasi foto dr. Dara Farasina sedang mengobati pasien cacing kulit dan membantu tim farmasi memberikan obat kepada pasien. |
Detikacehnews.id | Bireuen - Pelayanan Kesehatan Gratis hari ketiga yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Almuslim (FK Umuslim) bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bireuen dan Tim Satgas Siaga Bencana Gabungan Kabupaten Bireuen di Desa Kuala Ceurape, Kecamatan Jangka, Minggu (21/12/2025), kembali menghadirkan kisah kemanusiaan yang menyentuh. Salah satunya datang dari penanganan kasus penyakit cacing kulit atau cutaneous larva migrans yang dialami seorang warga bernama Azizah.
Salah satu pasien yang mendapatkan penanganan intensif adalah Azizah, warga Desa Kuala Ceurape, yang menderita penyakit cacing kulit atau cutaneous larva migrans. Azizah datang dengan keluhan nyeri di bagian kaki, disertai luka yang bernanah dan mengeluarkan cairan. Kondisi tersebut dialaminya setelah banjir bandang merendam hampir seluruh wilayah desa dan meninggalkan endapan lumpur serta limbah di lingkungan tempat tinggal warga.
Pasien kemudian ditangani langsung oleh dr. Dara Farasina, seorang dokter umum yang tergabung dalam Tim Satgas Pelayanan Kesehatan Gratis. Dengan sigap, dr. Dara melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi kaki pasien dan memberikan penanganan medis sesuai standar.
Dalam keterangannya, dr. Dara menjelaskan bahwa Azizah didiagnosis menderita cutaneous larva migrans, atau yang lebih dikenal di masyarakat sebagai penyakit cacing kulit. Penyakit ini disebabkan oleh larva cacing yang biasanya berasal dari tanah atau pasir yang terkontaminasi kotoran hewan, seperti anjing dan kucing. Larva tersebut dapat masuk ke dalam kulit manusia, terutama melalui kaki atau bagian tubuh yang bersentuhan langsung dengan tanah atau air yang tercemar.
“Pada kondisi pascabanjir, risiko penyakit kulit seperti cacing kulit meningkat karena lingkungan menjadi lembap, kotor, dan tidak higienis. Air banjir yang bercampur lumpur dan limbah sangat memungkinkan membawa larva parasit masuk ke kulit,” jelas dr. Dara.
Secara medis, cutaneous larva migrans ditandai dengan lesi kulit berbentuk garis atau alur berkelok, disertai rasa gatal hebat, nyeri, dan pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi luka bernanah akibat infeksi sekunder. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini dapat menyebabkan peradangan berkepanjangan dan memperparah kondisi kulit pasien.
Dalam penanganannya, dr. Dara melakukan tindakan medis secara bertahap dan terukur. Luka pada kaki pasien terlebih dahulu dibersihkan secara menyeluruh untuk menghilangkan jaringan kotor dan mengurangi beban infeksi. Selanjutnya, dilakukan tindakan insisi ringan pada area yang mengalami peradangan dan bernanah, dengan tujuan membuka jalan keluarnya cairan infeksi serta memutus jalur migrasi larva di bawah permukaan kulit.
“Tindakan pembersihan luka dan insisi dilakukan untuk mengurangi infeksi, mencegah penyebaran larva, serta mempercepat proses penyembuhan,” jelas dr. Dara.
Setelah tindakan lokal dilakukan, pasien juga diberikan terapi obat-obatan sesuai indikasi medis, baik untuk membasmi parasit penyebab penyakit cacing kulit maupun untuk mengatasi infeksi sekunder. Selain itu, pasien mendapatkan edukasi mengenai perawatan luka di rumah, pentingnya menjaga kebersihan kaki, serta anjuran untuk menghindari kontak langsung dengan tanah atau lumpur selama masa pemulihan.
Azizah mengaku sangat bersyukur atas penanganan yang diterimanya. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Dara Farasina yang telah memberikan pelayanan secara teliti dan menjelaskan setiap tindakan medis yang dilakukan.
“Luka saya dibersihkan dan diobati dengan sangat baik. Saya merasa lebih lega dan paham tentang penyakit yang saya alami. Terima kasih banyak kepada dokter Dara,” ujar Azizah.
Tak hanya fokus pada pemeriksaan pasien, dr. Dara Farasina juga terlihat aktif membantu tim farmasi di lokasi pelayanan. Ia turut berperan dalam proses pemberian obat kepada pasien, memastikan setiap warga menerima obat sesuai dengan resep dan kebutuhan medis masing-masing.
Pelayanan kesehatan gratis hari ketiga ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kemanusiaan FK Umuslim, IDI Cabang Bireuen, dan Tim Satgas Siaga Bencana Gabungan Kabupaten Bireuen dalam merespons dampak kesehatan pascabanjir bandang. Selain penyakit cacing kulit, berbagai keluhan lain seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, penyakit kulit, hingga luka dengan infeksi sekunder juga banyak ditemukan di lokasi.
Melalui keterlibatan aktif dokter umum seperti dr. Dara Farasina, kegiatan ini menunjukkan bahwa penanganan dampak bencana tidak hanya membutuhkan kehadiran dokter spesialis, tetapi juga peran penting dokter layanan primer yang berada di garis depan dalam memberikan pelayanan kesehatan cepat, tepat, dan humanis bagi masyarakat terdampak.
