![]() |
| Salah satu bangunan sekolah di Bireuen yang terkena banjir pada Rabu (26/11/2025). |
Detikacehnews.id | Bireuen – Bencana banjir dahsyat yang melanda Kabupaten Bireuen pada penghujung November tidak hanya mengubur ribuan rumah warga, tetapi juga melumpuhkan dunia pendidikan. Data sementara BPBD Bireuen mencatat 51 sekolah mengalami kerusakan ringan hingga berat, bahkan beberapa di antaranya hancur total diseret arus banjir.
Dari total 51 sekolah terdampak, terdapat 20 gedung SD, 14 SMP, dan 17 TK yang tersebar di sejumlah kecamatan seperti Juli, Jeumpa, Kutablang, Makmur, Gandapura, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Peudada, Jeunib, Samalanga, Plimbang, Jangka hingga Kuala.
Namun yang paling parah terjadi di Kecamatan Juli, di mana dua sekolah dasar SD Negeri 12 Juli di Dusun Bivak Gampong Krueng Simpo dan SD Negeri 14 Juli di Dusun Lubok Iboeh Gampong Teupin Mane dilaporkan hancur disapu air bah. Tidak hanya ruang kelas, tetapi juga perpustakaan, laboratorium, dan peralatan belajar mengajar hilang tak berbekas.
Pantauan di sejumlah titik menunjukkan kondisi memilukan. Bangku dan meja belajar yang terseret hingga ratusan meter, buku-buku pelajaran rusak berlapis lumpur, bahkan papan tulis masih terlihat tersangkut di pepohonan dekat aliran sungai. Di beberapa sekolah, tembok roboh dan lantai retak akibat derasnya arus yang menghantam bangunan.
Di Kecamatan Peusangan dan Gandapura, beberapa sekolah tenggelam hingga atap akibat luapan sungai yang meloncati tanggul. Sementara di Jangka, akses menuju sekolah-sekolah pedalaman terputus total sehingga menyulitkan tim relawan untuk melakukan pendataan lanjutan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Dr. Muslim HS, M.Si, yang setiap hari turun ke lokasi terdampak sambil menyalurkan bantuan logistik kepada warga, menegaskan bahwa seluruh aktivitas pendidikan untuk sementara dihentikan.
“Saat ini Aceh telah ditetapkan dalam kondisi darurat daerah. Kita harus mendukung upaya pemerintah menanggulangi korban banjir, itu menjadi prioritas utama,” ujar Muslim.
Ia menjelaskan bahwa selain fokus pada penyaluran makanan pokok untuk pengungsi, pihaknya terus melakukan pendataan kerusakan sarana pendidikan. Dinas Pendidikan juga sedang menghitung kebutuhan anggaran untuk rehabilitasi hingga pembangunan kembali sekolah-sekolah yang hancur.
Bupati Bireuen, H. Mukhlis ST, bersama jajaran Forkopimda terus meninjau lokasi terdampak, termasuk sejumlah sekolah yang rusak parah. Dari setiap kunjungan, ia menegaskan komitmen pemerintah bahwa pemulihan sektor pendidikan akan menjadi prioritas dalam proses recovery pascabencana.
Selain itu, pemerintah juga berupaya menyiapkan ruang belajar alternatif untuk memastikan anak-anak dapat kembali mendapatkan hak pendidikan setelah masa tanggap darurat berakhir, termasuk opsi kelas darurat, pemanfaatan balai desa, hingga kerja sama dengan pihak swasta.
Hingga Minggu malam (30/11), BPBD Bireuen melaporkan 12 korban meninggal dunia, 5 orang hilang, dan sejumlah warga kritis masih dirawat di RSUD dr. Fauziah Bireuen. Beberapa desa pedalaman hingga kini masih terisolasi karena akses jalan terputus, sehingga pendataan kerusakan sekolah di wilayah tersebut belum sepenuhnya terselesaikan.
Para relawan dan pemerhati pendidikan memperingatkan bahwa jika proses perbaikan tidak segera dilakukan, ribuan siswa berpotensi kehilangan kesempatan belajar selama berbulan-bulan bahkan satu tahun ajaran. Kondisi ruang kelas yang rusak serta hilangnya perangkat sekolah menjadi tantangan besar bagi pemerintah.
Meski demikian, pihak Dinas Pendidikan memastikan bahwa semua langkah pemulihan tengah disusun secara terstruktur. Termasuk pendataan kebutuhan mendesak seperti buku, alat peraga, perangkat teknologi pendidikan, hingga renovasi bangunan sekolah.
