Detikacehnews.id | Bireuen - Demokrasi tidak hanya sekadar konsep politik yang dijalankan di tingkat negara, tetapi juga merupakan nilai penting yang perlu ditanamkan sejak usia dini. Salah satu bentuk pendidikan demokrasi yang efektif di lingkungan sekolah adalah melalui Pemilihan Ketua OSIS (Pemilos). SMAN 3 Bireuen, di bawah bimbingan Pembina OSIS Yusra, S.Pd.I, telah menjadikan Pemilos sebagai sarana pembelajaran demokrasi bagi siswa-siswinya.
Dalam Pemilos, siswa belajar lebih dari sekadar memilih. Mereka memahami esensi demokrasi, di mana suara setiap orang dihargai dan menjadi bagian dari proses menentukan pemimpin yang akan mewakili mereka. Yusra, S.Pd.I sebagai pembina OSIS, menekankan pentingnya nilai-nilai demokrasi ini kepada para siswa. Menurutnya, "Pemilos bukan hanya tentang memilih ketua OSIS, tetapi juga merupakan kesempatan untuk melatih kepemimpinan, tanggung jawab, serta bagaimana menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis."
Setiap tahun, Pemilos di SMAN 3 Bireuen diadakan dengan proses yang transparan dan melibatkan partisipasi aktif seluruh siswa. Mulai dari tahap pendaftaran calon, kampanye, debat kandidat, hingga pemungutan suara, semua dilakukan dengan mekanisme yang meniru proses pemilihan umum yang sesungguhnya. Hal ini bertujuan agar siswa mendapatkan gambaran nyata tentang bagaimana demokrasi berjalan dan peran mereka sebagai warga yang aktif.
Proses Pemilos di SMAN 3 Bireuen dimulai jauh sebelum hari pemungutan suara. Para calon ketua OSIS harus melewati beberapa tahap seleksi, mulai dari penilaian kelayakan hingga pemaparan visi dan misi di depan siswa lain. Yusra, S.Pd.I sebagai pembina, memainkan peran penting dalam mempersiapkan para kandidat. Ia tidak hanya mengarahkan teknis pemilihan, tetapi juga membimbing para calon dalam memahami arti penting kepemimpinan yang beretika dan bertanggung jawab.
“Sebagai calon pemimpin, mereka harus mampu menyampaikan gagasan dengan baik dan bisa menggerakkan teman-temannya untuk bersama-sama mencapai tujuan,” jelas Yusra. Ia menambahkan bahwa melalui proses ini, siswa diajak untuk lebih berpikir kritis dan memahami bagaimana keputusan mereka dapat berdampak pada komunitas sekolah.
Para calon juga didorong untuk mengadakan kampanye yang kreatif dan inovatif, namun tetap menjaga etika dan saling menghargai. Debat kandidat yang diadakan sebelum hari pemilihan menjadi salah satu momen yang sangat dinanti oleh siswa. Dalam debat ini, para calon diberikan kesempatan untuk menyampaikan program kerja yang ingin mereka realisasikan, serta berdiskusi mengenai isu-isu penting yang mereka anggap perlu diperhatikan di lingkungan sekolah.
Yusra, S.Pd.I percaya bahwa pendidikan demokrasi harus dimulai sejak dini, agar siswa dapat tumbuh menjadi individu yang memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Melalui Pemilos, siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses demokrasi, bukan hanya sebagai pemilih, tetapi juga sebagai calon pemimpin. “Melalui kegiatan ini, siswa belajar bahwa demokrasi bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi tentang proses, tanggung jawab, dan kepercayaan yang diberikan kepada mereka,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa Pemilos menjadi wadah bagi siswa untuk berani menyuarakan pendapat, belajar bekerja sama, dan mengapresiasi perbedaan pendapat. Semua ini adalah keterampilan penting yang akan berguna bagi mereka tidak hanya di sekolah, tetapi juga di masyarakat luas ketika mereka dewasa nanti.
Meskipun Pemilos di SMAN 3 Bireuen berjalan dengan baik, ada beberapa tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah memastikan partisipasi aktif dari seluruh siswa. Terkadang, siswa cenderung apatis terhadap kegiatan pemilihan, karena merasa bahwa proses tersebut tidak berdampak langsung pada mereka. Untuk mengatasi hal ini, Yusra, S.Pd.I bersama tim OSIS selalu berusaha membuat Pemilos lebih menarik.
Tantangan lainnya adalah menjaga netralitas selama proses kampanye. Sebagai pembina, Yusra memastikan bahwa semua calon mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkampanye dan tidak ada diskriminasi atau keberpihakan dari pihak sekolah. “Kami harus benar-benar menjaga agar proses Pemilos ini berjalan secara adil dan jujur. Dengan begitu, siswa akan merasa bahwa suara mereka benar-benar dihargai,” kata Yusra.
Setelah melalui proses panjang Pemilos, dampak positif dapat dirasakan oleh seluruh siswa SMAN 3 Bireuen. Selain mendapatkan pengalaman dalam memilih pemimpin, mereka juga belajar mengenai pentingnya keterlibatan aktif dalam komunitas. Siswa yang terpilih sebagai Ketua OSIS juga mendapat kesempatan untuk mengasah keterampilan kepemimpinan, manajemen, serta belajar mengorganisasi berbagai kegiatan sekolah yang berdampak positif bagi seluruh warga sekolah.
Bagi Yusra, S.Pd.I, keberhasilan Pemilos bukan diukur dari siapa yang terpilih sebagai ketua OSIS, tetapi bagaimana proses ini dapat menjadi pembelajaran berharga bagi semua siswa. "Pemilos mengajarkan mereka untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, namun yang lebih penting adalah bagaimana mereka belajar menjadi bagian dari masyarakat demokratis yang menghargai perbedaan pendapat dan menjunjung tinggi keadilan," tutup Yusra.
Pemilos di SMAN 3 Bireuen bukan sekadar ajang pemilihan ketua OSIS, tetapi sebuah proses pendidikan demokrasi yang sangat berharga. Dengan bimbingan Pembina OSIS Yusra, S.Pd.I, Pemilos telah menjadi sarana bagi siswa untuk belajar dan mempraktikkan nilai-nilai demokrasi secara langsung. Proses ini bukan hanya melatih siswa dalam hal kepemimpinan, tetapi juga membentuk karakter mereka agar siap menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab di masa depan.