H. Mukhlis, ST., Bupati Bireuen sekaligus Ketua DKA Bireuen.
Detikacehnews.id | Bireuen – Siapa sangka, seorang kontraktor sukses yang akrab dengan proyek-proyek besar dan hitungan presisi bangunan, justru kini dikenal luas sebagai salah satu tokoh penggerak seni dan budaya di Kabupaten Bireuen. Dialah H. Mukhlis, ST, Pendiri PT Takabeya Perkasa Group, sekaligus Bupati Bireuen Periode 2025-2030, yang mengubah pandangan banyak orang tentang arti kepemimpinan yang holistik.
Lahir dan besar di Alue Krueb, Mukhlis bukanlah sosok yang tumbuh dari panggung seni. Dunia tempatnya berkarier dan berkembang adalah dunia konstruksi yang penuh perencanaan fisik dan tantangan teknis. Namun, takdir membawanya menempuh jalan yang berbeda, jalan yang mempertemukannya dengan seni, budaya, dan seluruh dinamika jiwa masyarakat.
Kisahnya bermula hampir tujuh tahun silam. Saat itu, Kabupaten Bireuen sedang mengalami transisi kepemimpinan di bawah almarhum H. Saifannur, S.Sos, abang kandung H. Mukhlis yang terpilih sebagai Bupati. Dalam masa awal pemerintahan tersebut, muncul inisiatif untuk memperkuat sektor-sektor non-fisik seperti seni dan olahraga. Di sinilah nama H. Mukhlis mulai disebut-sebut sebagai sosok yang dianggap mampu memimpin Dewan Kesenian Aceh (DKA) Bireuen.
Namun, ajakan itu bukan sesuatu yang langsung ia terima. “Saya tolak waktu itu,” ujar Mukhlis jujur dalam sambutannya saat menutup Rapat Kerja Daerah (Rakerda) DKA Bireuen ke-XVII, Sabtu malam (31/5/2025). “Saya bilang, saya bukan orang seni. Bahkan kalau disuruh nyanyi, saya pasti kabur,” candanya, yang langsung disambut tawa hangat para hadirin.
Tapi ajakan itu tidak berhenti di sana. Sahabatnya, Novianti MR yang kini menjadi Sekretaris DKA Bireuen terus membujuk. Bahkan memaksa. Novianti melihat potensi besar dalam diri Mukhlis, bukan karena keahlian seninya, tetapi karena komitmen dan kepeduliannya terhadap pembangunan daerah.
“Saya diajak terus oleh Bu Novi. Didesak bahkan. Lalu saya pikir, kalau abang saya ingin membangun Bireuen dari sisi pemerintahan, saya harus bantu juga dari sisi lain, seperti olahraga dan seni,” kenangnya.
Keputusan itu menjadi titik balik. Mukhlis tak hanya menerima tanggung jawab sebagai Ketua DKA Bireuen, tetapi juga sekaligus dipercaya menjadi Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bireuen. Dua dunia baru yang sama sekali jauh dari latar belakang teknisnya, namun ia jalani dengan sungguh-sungguh.
Yang membedakan Mukhlis dari kebanyakan tokoh publik adalah pendekatannya terhadap amanah. Ia tidak menjadikan jabatannya sebagai simbol formalitas, tetapi benar-benar menanamkan visi dan misi dalam setiap langkah. Dalam dunia seni, ia bahkan rela mengorbankan dana pribadi hingga ratusan juta rupiah demi memajukan nama daerah di kancah nasional dan internasional.
Salah satu momen paling membanggakan adalah saat ia memberangkatkan 15 seniman Rapai dari Bireuen ke Mesir untuk mengikuti Damanhoure Folklore Festival di Kairo. Dana sebesar Rp200 juta ia keluarkan dari kantong pribadi. Hasilnya? Grup seni asal Bireuen meraih gelar “Penampil Terbaik Tingkat Internasional”, mengalahkan puluhan kontingen dari berbagai negara.
Pada tahun 2019, DKA Bireuen kembali mencetak sejarah dengan menjadi penyaji terbaik dalam perayaan HUT Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sebanyak 117 pelaku seni diberangkatkan ke Jakarta, menjadikan Bireuen sebagai kabupaten dengan partisipasi terbanyak sekaligus penampilan terbaik.
Di tingkat provinsi, di ajang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA), Bireuen yang sebelumnya berada di posisi ke-4 mampu melesat menjadi salah satu dari tiga besar kabupaten terbaik berkat inovasi dan kerja keras tim DKA di bawah kepemimpinannya.
Tak berhenti di situ, pada tahun yang sama, DKA Bireuen menyelenggarakan Aceh International Perkusi 2019, yang menghadirkan seniman dari India, Malaysia, Thailand, Jepang, serta lima provinsi besar di Indonesia. Ajang ini menjadi wadah besar bagi pertukaran budaya dan penguatan jaringan seni antarnegara.
Kini, sebagai Bupati Bireuen, H. Mukhlis tetap membawa semangat yang sama. Ia percaya bahwa pembangunan bukan hanya soal jalan mulus dan gedung megah, tapi juga tentang memperkuat jiwa masyarakat melalui budaya dan menjaga raga melalui olahraga.
“Kalau kita ingin melihat Bireuen maju dan bermartabat, maka seni dan olahraga harus kita dukung. Karena di sanalah identitas, semangat, dan karakter masyarakat kita dibentuk,” tegasnya.
Dalam pernyataannya, Mukhlis mengaku bahwa selama hampir tujuh tahun memimpin DKA Bireuen dalam dua periode, ia bersama pengurus telah berhasil menghadirkan banyak prestasi. Tidak hanya dalam bentuk penghargaan, tapi juga dalam membangun ekosistem kesenian yang lebih hidup dan terstruktur.
Ke depan, Mukhlis berharap keberhasilan yang sudah dicapai dapat terus diulang dan ditingkatkan. Ia menegaskan bahwa seni bukanlah bidang pelengkap, melainkan salah satu tulang punggung dalam membentuk masyarakat yang berkarakter dan berdaya saing.
“Kami berharap kesuksesan kami dalam event-event besar ini bisa terulang kembali di masa mendatang. Karena kami yakin, daerah yang kuat bukan hanya karena bangunannya, tapi karena manusianya yang punya jiwa seni dan semangat gotong royong,” tutupnya.
Kisah H. Mukhlis menjadi contoh nyata bahwa kepemimpinan yang berdampak tidak harus dimulai dari keahlian, tetapi dari ketulusan untuk belajar dan keberanian melangkah di luar zona nyaman. Dari dunia konstruksi hingga panggung seni, Mukhlis telah membuktikan bahwa visi besar dan dedikasi tulus adalah fondasi utama dalam membangun Bireuen yang lebih berbudaya dan bermartabat.