Bupati Bireuen dan sejumlah stake holder lainnya menerima manifesto DKA Bireuen.
Detikacehnews.id | Bireuen - Dalam suasana khidmat dan penuh semangat kebudayaan, Dewan Kesenian Aceh (DKA) Kabupaten Bireuen sukses melaksanakan Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) ke XVII Tahun 2025 yang digelar di Aula Bekraf Universitas Almuslim. Forum tahunan yang dihadiri oleh pelaku seni, budayawan, akademisi, hingga perwakilan pemerintah daerah ini menghasilkan sebuah manifesto penting yang menandai arah baru pemajuan kebudayaan di Kabupaten Bireuen.
Dengan mengusung tema "Harmony of Bumoe Jeumpa", RAKERDA tahun ini tidak hanya menjadi ajang konsolidasi organisasi, tetapi juga melahirkan gagasan besar untuk mengintegrasikan seni dan budaya sebagai bagian strategis dalam pembangunan daerah. DKA Bireuen menegaskan perannya sebagai rumah besar bagi seluruh sanggar seni dan budaya di Kabupaten Bireuen, sekaligus sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah dalam menjalankan mandat pemajuan kebudayaan.
Ketua DKA Bireuen, H. Mukhlis, ST dalam sambutannya menyampaikan bahwa keberadaan Dewan Kesenian bukan hanya simbolik, melainkan sebagai wadah yang aktif membangun dialog kebudayaan yang hidup dan terus berkembang. "Kami berkomitmen menjadikan kesenian bukan sekadar pertunjukan, tetapi sebagai kekuatan sosial, pendidikan, ekonomi kreatif, dan identitas daerah. RAKERDA ini adalah langkah konsolidatif untuk memperkuat posisi itu," ujarnya.
Manifesto yang lahir dalam RAKERDA kali ini mengacu pada sejumlah regulasi nasional yang menjadi fondasi hukum dalam pemajuan kebudayaan, di antaranya:
- Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah,
- Peraturan Presiden No. 114 Tahun 2022 tentang Strategi Kebudayaan, dan
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Dalam pidato penutup sidang pleno yang disampaikan oleh Ketua Harian DKA Bireuen, Syech Mulyadi bahwa DKA Bireuen terus berikhtiar untuk menimbang tradisi, merespons zaman, serta mereposisi diri dalam menghadapi perubahan sosial dan percakapan global. Seni dan budaya tidak lagi berdiri di pinggiran, melainkan harus menjadi bagian integral dari ruang publik dan proses pembangunan manusia Bireuen yang berkarakter dan berdaya saing.
“Budaya adalah jantung identitas. Kita harus mampu menjahit warisan kearifan lokal dengan dinamika zaman modern. Di sinilah pentingnya konsolidasi lintas generasi dan sektor,” ujar salah satu peserta yang juga penggerak komunitas seni di Bireuen.
Sebagai hasil konkret dari RAKERDA ini, DKA Bireuen menetapkan dua langkah strategis:
- Dokumentasi dan Pencatatan Karya Secara Berjenjang. Sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pengarsipan budaya, DKA akan melakukan dokumentasi menyeluruh terhadap karya-karya seni dan budaya yang lahir dari sanggar maupun seniman individu. Langkah ini juga akan disinergikan dengan penguatan jejaring dan kemitraan di level lokal, regional, hingga nasional.
- Usulan Kegiatan “Mahakarya Bumoe Jeumpa”. Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Bireuen Tahun 2025, DKA mengusulkan penyelenggaraan event kolosal bertajuk "MAHAKARYA BUMOE JEUMPA" yang akan menjadi panggung ekspresi estetis masyarakat Bireuen. Acara ini diharapkan menjadi festival seni dan budaya yang merepresentasikan kekayaan dan keunikan identitas Bireuen di mata publik.
DKA Bireuen berharap kegiatan besar ini dapat menjaring dukungan dan kemitraan dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, lembaga swasta, komunitas kreatif, hingga media massa.
Rakerda DKA Bireuen ke XVII Tahun 2025 menjadi momentum penting dalam merumuskan arah baru pemajuan kebudayaan berbasis kearifan lokal dan partisipasi publik. Manifesto yang dihasilkan menjadi dokumen hidup yang akan terus dikawal implementasinya.
Dewan Kesenian Aceh Kabupaten Bireuen menegaskan bahwa tanpa kebudayaan, pembangunan akan kehilangan ruh. Oleh karena itu, semua elemen masyarakat diajak untuk menjadikan budaya sebagai landasan peradaban dan identitas masa depan Bireuen.
Sebagaimana bunyi semangat dalam tema kegiatan: Harmony of Bumoe Jeumpa, mari membangun harmoni dari akar budaya, menuju masa depan yang bermartabat.